Alhamdulillah, pagi ini saya bisa menikmati udara segar di Kupang. Ku lihat pemandangan dari lantai 2 Hotel Brenton, ternyata bagus juga ya? Terlihat di depan hotel ada “pangkalan” bis jurusan Kupang, Kefa, Atambua, dan angkot yang berlalu lalang di sampingnya. Ku lihat juga toko-toko di samping pangkalan itu, ada toko sembako “Toko Baru”, counter HP “Ilman Cell”, toko elektronik “Visicom”, warung bakso dan toko khusus kasur. Di sekitar pangkalan itu banyak orang yang berambut ikal, mulutnya berwarna merah, berkulit gelap dan bahasa yang mereka gunakan terdengar sangatlah “
asing”.
Hampir 30 menit saya melihat-lihat daerah disekitar hotel itu, dan alhamdulillah mataharipun “menyambut dengan ceria” dan ku izinkan sinarnya untuk “menyentuh” seluruh badanku. Setelah lebih dari 1 jam, selanjutnya saya menuju kamar hotel dan segera mempersiapkan seluruh perlengkapan untuk pointing, instalasi digiserver, dan memberikan pelatihan multicast di SMA N 1 Kupang Tengah.Pukul 08.17 kami (saya dan Irsandi Hasan) berangkat menggunakan mobil yang disediakan hotel dan segera menuju SMA N 1 Kupang Tengah. Setelah sampai disana, kami langsung di sambut oleh kepala sekolah (Pak Melkis nama pendeknya) dan kami langsung menuju ruangan beliau. Di dalam ruangan itu ada seorang yang rupanya sedang menunggu kami. Beliau adalah Pak Albert S. Mali, S.Pd perwakilan dari SMA N 2 Kupang Timur. Dalam ruangan itu pula, ku lihat ada sebuah meja yang diatasnya terdapat banyak tumpukan kertas, disebelah kanan lemari ada 1 buah lemari yang diatasnya terdapat 4 piala, 1 buah bendera, disamping meja itu ada 1 buah kursi yang berwarna hitam, dan diatas kursi itu terdapat foto presiden dan wakil presiden, serta gambar garuda. Dihadapan lemari, terdapat papan organigram di sekolah itu, dibawah papan itu terdapat papan pengumuman yang diatasnya terdapat tulisan “Bantuan Jasa Raharja” serta di depan meja kepala sekolah dan diantara papan pengumuman dengan lemari terdapat 5 kursi plastik berwarna merah dan 1 buah meja plastik mini. Rupanya, kelima kursi dan meja mini itu akan digunakan untuk briefing.Beberapa menit kemudian, kamipun melakukan briefing tentang teknis pengambilan dan pemasangan parabola, serta memberikan informasi yang dibutuhkan oleh mereka. Setelah semua informasi diberikan, kami pun langsung menuju lapangan untuk segera memasang parabola dan langsung pointing. Sedikit demi sedikit kurakit sendiri parabola itu dan setelah selesai dirakit, ku meminta bantuan beberapa pegawai disana untuk mengangkat rame-rame parabola dan memasangkannya diatas tiang yang telah disiapkan.Tepat pukul 10.30 saya mulai persiapan pointing. Kami persiapkan 1 buah tv dan ditempatkan depan ruang TU dan di samping tv itu ada 1 buah digibox. Kucari arah utara selatan dengan menggunakan kompas. Saya heran dengan kompas itu, karena kompas itu menunjukkan arah yang berbeda dengan arah yang sebenarnya. Ku cari juga letak satelit Telkom 1 dengan menggunakan GPS dan alhamdulillah bisa diketahui hasilnya. Setelah hampir satu jam setengah belum mendapatkan hasil pointing yang maksimal, saya pun disuruh untuk istirahat dan makan bersama dengan pegawai disana.Tepat 30 menit saya beristirahat dan kulanjutkan kegiatan yang sebelumnya tertunda.Setelah hampir 3 jam belum juga mendapatkan hasil yang maksimal, akhirnya ku setting ulang letak elevasi, azimut, arah LNB, dan arah parabolanya. Tapi hasilnya tetap lagi belum maksimal. Banyak orang yang bertanya-tanya, “Gimana mas, kok belum dapet hasil yang maksimal?” Dengan perasaan sedikit cemas dan ku jawab saja “sebentar pak, ini juga sedang saya usahakan”. Alhamdulillah, tiga puluh menit kemudian mendapatkan hasil SNR 77%. Tapi hasil ini membuat saya heran, karena satelit Telkom 1 itu berada di 1080BT sedangkan untuk Kupang berada 1230 BT dan arah parabolanya mengarah ke arah timur. Ada apa gerangan? Dua puluh menit kemudian, Pak Melkis menyuruh saya untuk mencoba mengganti posisi tiang parabola. Tak ku sangka, lima menit kemudian pegawainya membawakan sebuah bambu kering panjangnya ± 2m. Lalu Pak Melkis berkata “Mas, coba kita ganti tiangnya menggunakan bambu ini!”. Dengan memberikan sedikit senyuman, lalu saya berkata “Maaf Pak, adat saya melarang seorang anak memperkerjakan orang tua”. Lalu Pak Melkis menambahkan “Ga papa mas, soalnya orang timur biasa kerja keras. Ayo lah mas, apa salahnya kita coba?”. Dengan sedikit pertimbangan, akhirnya saya pun menyetujui saran itu. Saya, Pak Melkis dan Pak Albert mengangkat parabola dan 2 pegawai SMA itu yang memasukan bambu ke lubang parabola. Sudah bambunya bengkok, retak-retak dan sudah sangat kering. Setelah terpasang, dan dengan berhati-hati kami angkat parabola itu. Kami bawa parabola itu ke tengah lapangan. Saya pointing, semua orang memegang bambu. Saat saya putar parabolanya, bambunya pun ikut berputar dan selalu bergerak. Seketika itu juga Pak Melkis berkata “Coba bawahnya tahan pake kaki, trus usahakan jangan bernafas supaya bambunya tidak bergerak”. Dan semua orang pun tertawa.Hampir 20 menit kami mencoba saran Pak Melkis, dan hasilnya pun belum signifikan. Akhirnya parabolanya kami kembalikan ke tiang yang sebenarnya. Jam menunjukkan pukul 17.05, dan Pak Melkis menyuruh kami untuk menghentikan pekerjaan kami dan bisa melanjutkannya esok hari. Dan kami pun bersiap-siap untuk pulang. Tepat pukul 17.30 kamipun pulang ke tempat masing-masing.